Minggu, 09 April 2017

Burung Kepondang

Kepodang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kepodang
Black-naped Oriole eyeing on Lannea coromandelica fruits W IMG 7449.jpg
kepodang dewasa di Hyderabad, India.
Status konservasi
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Oriolidae
Genus: Oriolus
Spesies: O. chinensis
Nama binomial
Oriolus chinensis
Linnaeus, 1766

Kepodang adalah burung berkicau (Passeriformes) yang mempunyai bulu yang indah dan juga terkenal sebagai burung pesolek yang selalu tampil cantik, rapi, dan bersih termasuk dalam membuat sarang.[1] Kepodang merupakan salah satu jenis burung yang sulit dibedakan antara jantan dan betinanya berdasarkan bentuk fisiknya.[2] Burung kepodang termasuk jenis burung kurungan karena dibeli oleh masyarakat sebagai penghias rumah, oleh karenanya burung ini masuk dalam komoditas perdagangan yang membuat populasinya semakin kecil. [3]

Daftar isi

Penyebaran

Burung kepodang berasal dari daratan China dan penyebarannya mulai dari India, Asia Tenggara, kepulauan Philipina, termasuk Indonesia yang meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. [4] Burung ini hidup di hutan-hutan terutama di daerah tropis dan sedikit di daerah sub tropis dan biasanya hidup berpasangan . [4] Di pulau Jawa dan Bali burung kepodang sering disebut dengan kepodang emas.[4]

Morfologi

Burung kepodang berukuran relatif sedang, panjang mulai ujung ekor hingga paruh berkisar 25 cm. [5] Burung ini berwarna hitam dan kuning dengan strip hitam melewati mata dan tengkuk, bulu terbang sebagian besar hitam.[6] Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan burik hitam, iris merah, bentuk paruh meruncing dan sedikit melengkung ke bawah, ukuran panjang paruh kurang lebih 3 cm, kaki hitam.[7] Burung ini menghuni hutan terbuka, hutan mangrove, hutan pantai, di tempat-tempat tersebut dapat dikenali dengan kepakan sayapnya yang kuat, perlahan, mencolok & terbangnya menggelombang.[6]

Ayam Bekisar

ayam-bekisar

Bekisar adalah jenis ayam baru, hasil kawin silang antara pejantan ayam hutan hijau (Gallus varius) atau ayam hutan merah (Gallus gallus) dengan ayam buras atau lebih dikenal dengan nama ayam kampung (Gallus domesticus). Bekisar semakin populer di antara jenis-jenis ayam hias, terbukti dengan semakin ramainya pasar bekisar, seringnya diadakan kontes bekisar di beberapa kota besar di Jawa. Di Kotagede Yogyakarta, minimal setahun sekali diselenggarakan kontes bekisar tingkat nasional, kota ini telah menjadi kota kontes bekisar paling kuno.

Bahkan sejak tahun 1989, untuk menggalakkan pariwisata dan menarik minat para turis agar betah di kota Surabaya telah diambil kebijaksanaan di depan semua kantor instansi pemerintah diharuskan terdapat minimal sebuah sangakar berisi bekisar. Di himbau agar kebijaksanaan tersebut diikuti pula oleh kantor-kantor swasta dengan harapan pada saatnya nanti bekisar dapat menjadi maskot daerah Jawa Timur.

Sekarang ini, di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, bahkan di Sumatera Barat pun sdah banyak orang yang berusaha membudidayakan ayam blasteran ini. Namun samapai saat ini baru ada 3 macam bekisar yang sudah terkenal kehandalannya sejak dahulu, yakni Bekisar Putih Yogya, Bekisar Multiwarna Solo dan Kisar Kangean Madura. Kemudian diikuti Bekisar Hitam Parakan, Bekisar Jawa Timuran dan Bekisar Merah Solok. Masing-masing jenis bekisar mempunyai ciri tersendiri. Para penggemar tinggal memilih mana yang disukai, mana yang menarik.

Kisar Kangean Lama

Pulau Kangean adalah salah satu gugusan pulau Madura, termasuk Kabupaten Sumenep. Peternak Kangean sejak zaman Majapahit sudah terkenal keahliannya dalam menghasilkan bekisar handal. Bekisar (Kisar: Madura) Kangean sampai sekarang pun masih mampu merajai pasar. Karakteristik suaranya benar-benar sangat meyakinkan, di samping kekayaan warna bulunya yang sulit dicari padanannya.

Ciri-Ciri Pejantan Ayam Kisar Kangean Lama

  • Rata-rata beratnya 1,8 kg
  • Kepala berukuran sedang, berbentuk oval memanjang, ditumbuh bulu-bulu kecil halus berwarna coklat kehitam-hitaman.
  • Jengger bilah berukuran besar berdiri tegak, warnanya merah segar
  • Pial tunggal berukuran besar menggantung di antara rahangnya dan berwarna merah segar berkontur putih
  • Cuping telinga warnanya juga merah segar dan ukurannya termasuk sedang
  • Paruh berwarna putih tulang, berukuran sedang dan ujungnya sedikit melengkung, tajam dan kuat
  • Mata letaknya agak tersembunyi, berwarna kuning kemerah-merahan, memberikan kesan liar
  • Leher berukuran kecil dan panjang, ditumbuhi bulu-bulu kecil dan lebat, bulu hias pada leher kecil-kecil panjang serta berujung runcing
  • Badan kecil, sintal dengan posisi membentuk sudut 60 derajat.
Sumber: http://blogternakayam.blogspot.co.id/2015/05/mengenal-ayam-bekisar-dan-sejarahnya.html

Kasturi

Mangga kasturi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mangga kasturi
Mangifera casturi.jpg
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae
Filum: Tracheophyta
Kelas: Magnoliopsida
(tidak termasuk): Rosidae
Ordo: Sapindales
Famili: Anacardiaceae
Genus: Mangifera
Spesies: M. casturi
Nama binomial
Mangifera casturi
Kosterm.
Mangga kasturi atau Mangifera casturi merupakan buah mangga spesifik Kalimantan Selatan.

Morfologi

Pohon mangga kasturi bisa mencapai tinggi 25 m dengan diameter batang ± 40 – 115 cm. Kulit kayu berwarna putih keabu-abuan sampai coklat terang, kadangkala terdapat retakan atau celah kecil ± 1 cm berupa kulit kayu mati dan mirip dengan Mangifera indica. Daun bertangkai, berbentuk lanset memanjang dengan ujung runcing dan pada kedua belah sisi tulang daun tengah terdapat 12 – 25 tulang daun samping. Daun muda menggantung lemas dan berwarna ungu tua.
Bunga majemuk berkelamin ganda dengan bentuk bunga rasemos dan kerapkali berambut rapat. Panjang tangkai bunga ± 28 cm dengan anak tangkai sangat pendek, yaitu 2 – 4 mm. Daun kelopak bulat telur memanjang dengan panjang 2 – 3 mm. Daun mahkota bulat telur memanjang dan bunga berbau harum. Benang sari sama panjang dengan mahkota, staminodia sangat pendek dan seperti benang sari yang tertancap pada tonjolan dasar bunga.
Buah berbentuk bulat sampai ellipsoid dengan berat kurang dari 80 gram, daging buah kuning atau oranye dan berserabut. Biji batu dengan dinding yang tebal. Mangga ini berbuah pada awal musim hujan atau sekitar bulan Januari.

Varietas

Terdapat tiga varietas Mangifera casturi. Varietas mangga ini dikenal masyarakat Kalimantan Selatan dengan sebutan kasturi, cuban / kastuba dan asem pelipisan / palipisan.
Buah kasturi kenampakannya mirip dengan buah mangga tetapi berukuran kecil, berbentu bulat sampai ellipsoid dengan ukuran panjang 5 – 6 cm, lebar 4 – 5 cm dan berat ± 65,6 gram. Kulit buah tipis dengan warna hijau terang dengan bintik-bintik berwarna gelap dan apabila masak maka kulit buah berubah menjadi kehitaman. Daging buah berwarna oranye gelap, kandungan serat 1,06% dan memiliki rasa yang manis dan lezat. Sifat yang menonjol dari kasturi adalah aroma buah yang harum sehingga banyak disukai masyarakat Kalimantan Selatan.
Mangga cuban berbentuk bulat sampai ellipsoid dengan ukuran panjang 6 – 6,3 cm dan lebar 4,2 – 5,2 cm. Kulit buah berwarna merah mawar dan tidak berwarna hitam penuh bila telah masak. Daging buah berwarna oranye terang, mengandung serat dan tidak beraroma harum seperti buah kasturi.
Asem pelipisan atau palipisan memiliki kenampakan mirip dengan buah kasturi, tetapi tidak menimbulkan aroma harum. Buah berbentuk ellipsoid dengan panjang 6 – 7,2 cm, lebar 3 – 4,4 cam dan berat ± 66,26 gram Warna kulit buah hijau dengan bintik-bintik coklat dan jika telah masak berwarna hijau agak kehitaman serta memiliki banyak getah di bagian bekas batang. Daging buah berwarna kuning oranye dengan kandungan serat ± 1,89%.

Status Mangifera casturi

Dari 31 jenis marga Mangifera yang ditemukan di Kalimantan, 3 jenis diantaranya bersifat endemik. Berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri No. 48 tahun 1989 tentang identitas flora masing-masing provinsi, tumbuhan Mangifera casturi ditetapkan menjadi identitas flora provinsi Kalimantan Selatan.
Mangga kasturi adalah tumbuhan endemik khas Kalimantan Selatan yang keberadaannya terancam punah. Populasi taksonnya cenderung berkurang, baik dalam segi jumlah individu, populasi maupun keanekaragaman genetisnya. Status kelangkaan buah ini dianalisis dengan menggunakan kategori dan kriteria tumbuhan langka menurut IUCN Red List Categories 30 November 1994.
Tim penilai dari World Conservation Monitoring Centre pada tahun 1998 menetapkan Mangifera casturi berada pada kategori punah in situ atauExtinct in the Wild = EW. Mangga ini diketahui hanya hidup dan tumbuh secara alami di kebun hutan dan atau kawasan konservasi lain, namun tidak ditemukan lagi di habitat asli.

Penyebaran Populasi Mangifera casturi

Lokasi penyebaran populasi Mangifera casturi di Desa Mataraman Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar terdapat di kebun campuran. Pada umumnya kebun campuran ini berisi tanaman padi diselingi pohon kasturi yang umurnya sudah lebih dari 50 tahun serta tidak sengaja ditanam oleh penduduk setempat. Kebun ini kebanyakan berada di pekarangan rumah dengan pola tanam tidak teratur. Akan tetapi, data kelimpahan spesies ini tidak diketahui secara pasti.
Kasturi mulai dipanen pada awal musim hujan dan melimpah pada bulan Januari. Selain itu, tanaman buah lain seperti pisang dan rambutan juga mulai dipanen. Karena umur pohon kasturi banyak yang lebih dari 50 tahun, maka produktivitasnya semakin menurun. Oleh karena itu, pada tahun 1980 masyarakat Desa Mataraman mencoba belajar membuat pembibitan buah kasturi.

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Mangga_kasturi

Kera Bekantan


Bekantan atau biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan Malaysia). Bekantan merupakan sejenis kera yang mempunyai ciri khas hidung yang panjang dan besar dengan rambut berwarna coklat kemerahan. Dalam bahasa ilmiah, Bekantan disebut Nasalis larvatus.
Bekantan dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Nasalis larvatus, sedang dalam bahasa inggris disebut Long-Nosed Monkey atau Proboscis Monkey. Di negara-negara lain disebut dengan beberapa nama seperti Kera Bekantan (Malaysia), Bangkatan (Brunei), Neusaap (Belanda). Masyarakat Kalimantan sendiri memberikan beberapa nama pada spesies kera berhidung panjang ini seperti Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau.
Bekantan yang merupakan satu dari dua spesies anggota Genus Nasalis ini sebenarnya terdiri atas dua subspesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis. Nasalis larvatus larvatus terdapat dihampir seluruh bagian pulau Kalimantan sedangkan Nasalis larvatus orientalis terdapat di bagian timur laut dari Pulau Kalimantan.

Binatang yang oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam status konservasi “Terancam” (Endangered) merupakan satwa endemik pulau Kalimantan. Satwa ini dijadikan maskot (fauna identitas) provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990. Selain itu, satwa ini juga menjadi maskot Dunia Fantasi Ancol.
Ciri-ciri dan Habitat Bekantan. Hidung panjang dan besar pada Bekantan (Nasalis larvatus) hanya dimiliki oleh spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai Monyet Belanda.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Kera Bekantan betina berukuran sekitar 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar (buncit). Perut buncit ini sebagai akibat dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya yang selain mengonsumsi buah-buahan dan biji-bijian mereka juga memakan dedaunan yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna.
Bekantan (Nasalis larvatus) hidup secara berkelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat. Biasanya dalam satu kelompok berjumlah sekitar 10 sampai 30 ekor.
Satwa yang dilindungi ini lebih banyak menghabiskan waktu di atas pohon. Walaupun demikian Bekantan juga mampu berenang dan menyelam dengan baik, terkadang terlihat berenang menyeberang sungai atau bahkan berenang dari satu pulau ke pulau lain.
Seekor Bekantan betina mempunyai masa kehamilan sekitar166 hari atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1 (satu) ekor anak dalam sekali masa kehamilan. Anak Bekantan ini akan bersama induknya hingga menginjak dewasa (berumur 4-5 tahun).
Habitat Bekantan (Nasalis larvatus) masih dapat dijumpai di beberapa lokasi antara lain di Suaka Margasatwa (SM) Pleihari Tanah Laut, SM Pleihari Martapura, Cagar Alam (CA) Pulau Kaget, CA Gunung Kentawan, CA Selat Sebuku dan Teluk Kelumpang. Juga terdapat di pinggiran Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai Paminggir, Sungai Tapin, Pulau Bakut dan Pulau Kembang.
Konservasi Bekantan. Bekantan (Nasalis larvatus) oleh IUCN Redlist sejak tahun 2000 dimasukkan dalam status konservasi kategori Endangered (Terancam Kepunahan) setelah sebelumnya masuk kategori “Rentan” (Vulnerable; VU). Selain itu Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I (tidak boleh diperdagangkan secara internasional)
Pada tahun 1987 diperkirakan terdapat sekitar 260.000 Bekantan di Pulau Kalimantan saja tetapi pada tahun 2008 diperkirakan jumlah itu menurun drastis dan hanya tersisa sekitar 25.000. Hal ini disebabkan oleh banyaknya habitat yang mulai beralih fungsi dan kebakaran hutan.

Rusa Timor

 

Rusa timor merupakan salah satu rusa asli Indonesia selain rusa bawean, sambar, dan menjangan. Rusa timor yang mempunyai nama latin Cervus timorensis diperkirakan asli berasal dari Jawa dan Bali, kini ditetapkan menjadi fauna identitas provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Rusa timor sering juga disebut sebagai rusa jawa. Dalam bahasa Inggris, rusa timor mempunyai beberapa sebutan seperti Javan Rusa, Javan Deer, Rusa, Rusa Deer, dan Timor Deer. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) binatang ini disebut sebagai Cervus timorensis yang mempunyai beberapa nama sinonim seperti Cervus celebensis (Rorig, 1896), Cervus hippelaphus (G.Q. Cuvier , 1825 ), Cervus lepidus (Sundevall, 1846), Cervus moluccensis (Quoy & Gaimard, 1830), Cervus peronii (Cuvier, 1825), Cervus russa (Muller & Schlegel, 1845), Cervus tavistocki (Lydekker, 1900), Cervus timorensis (Blainville, 1822), dan Cervus tunjuc (Horsfield, 1830).
Ciri-ciri Fisik dan Perilaku. Rusa timor (Cervus timorensis) yang ditetapkan menjadi fauna identitas NTB, mempunyai bulu berwarna coklat kemerah-merahan hingga abu-abu kecoklatan dengan bagian bawah perut dan ekor berwarna putih.
Kelompok rusa timor (foto: fotokita)
Rusa timor dewasa mempunyai panjang badan berkisar antara 195-210 cm dengan tinggi badan mencapai antara 91-110 cm. Rusa timor (Cervus timorensis) mempunyai berat badan antara 103-115 kg walaupun rusa timor yang berada dipenangkaran mampu memiliki bobot sekitar 140 kg. Ukuran rusa timor ini meskipun kalah besar dari sambar (Cervus unicolor) namun dibandingkan dengan rusa jenis lainnya seperti rusa bawean, dan menjangan, ukuran tubuh rusa timor lebih besar.
Rusa jantan memiliki tanduk (ranggah) yang bercabang. Tanduk akan tumbuh pertama kali pada anak jantan saat umur 8 bulan. Setelah dewasa, tanduk menjadi sempurna yang ditandai dengan terdapatnya 3 ujung runcing.
Rusa timor (Cervus timorensis) merupakan hewan yang dapat aktif di siang hari (diurnal) maupun di malam hari (nokturnal), tergantung kondisi habitatnya.
Rusa timor sebagaimana rusa lainnya termasuk hewan pemamah biak yang menyukai daun-daunan dan berbagai macam buah-buahan Rusa memakan berbagai bagian tumbuhan mulai dari pucuk, daun muda, daun tua, maupun batang muda.
Umumnya rusa timor bersifat poligamus yaitu satu penjantan akan mengawini beberapa betina. Rusa betina mempunyai anak setiap tahun dengan sekali musim rata-rata satu ekor anak.
Subspesies Rusa Timor. Whitehead (Schroder dalam Nugroho, 1992; Semiadi, 2002) membagi jenis rusa timor (Cervus timorensis) menjadi 8 subspesies (anak jenis), yaitu:
  • Cervus timorensis russa (Mul.&Schl., 1844) biasa ditemukan di Pulau Jawa
  • Cervus timorensis florensis (Heude, 1896) biasa ditemukan Pulau Lombok dan Pulau Flores
  • Cervus timorensis timorensis (Martens, 1936) biasa ditemukan P. Timor, P. Rate, P. Semau, P. Kambing, P. Alor, dan P. Pantai
  • Cervus timorensis djonga (Bemmel, 1949) biasa ditemukan P. Muna dan P. Buton
  • Cervus timorensis molucensis (Q.&G.,1896) biasa ditemukan Kep. Maluku, P. Halmahera, P. Banda, dan P. Seram
  • Cervus timorensis macassaricus (Heude, 1896) biasa ditemukan P. Sulawesi
  • Cervus timorensis renschi (Sody, 1933)
  • Cervus timorensis laronesietes (Bemmel, 1949)
Habitat dan Persebaran. Rusa timor diperkirakan berasal dari pulau Jawa dan Bali yang kemudian tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan telah diintroduksi juga ke berbagai negara seperti Australia, Mauritius, Kaledonia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan Timor Leste.
Rusa timor betina di penangkaran (foto: animalpicturesarchive)
Habitat rusa timor adalah padang rumput pada daerah beriklim tropis dan subtropis, namun binatang ini mampu beradaptasi di habitat yang berupa hutan, pegunungan, dan rawa-rawa. Rusa yang menjadi fauna identitas Nusa Tenggara Barat ini dapat hidup hingga ketinggian 900 meter dpl.
Populasi dan Konservasi. Populasi rusa timor secara keseluruhan diperkirakan sekitar 10.000 hingga 20.000 ekor dewasa. Berdasarkan jumlah populasi dan persebarannya, rusa timor dimasukkan dalam status konservasi “vulnerable” (Rentan) oleh IUCN Red List.
Populasi rusa timor terbesar terdapat di TN. Wasur, Papua dengan populasi sekitar 8.000 ekor (1992). Populasi di Jawa justru megalami pengurangan yang sangat besar. Seperti di TN. Baluran sekitar 1.000 ekor (2008).
Ancaman utama terhadap rusa timor berasal dari perburuan yang dilakukan oleh manusia untuk mengambil dagingnya. Penurunan populasi juga diakibatkan oleh berkurangnya lahan dan padang penggembalaan (padang rumput) di Taman Nasional yang menjadi habitat rusa timor. Hilangnya padang rumput ini ada yang diakibatkan oleh konversi menjadi lahan pertanian dan pemikiman juga oleh kesalahan pengelolaan seperti penanaman pohon yang yang kemudian merubah padang rumput menjadi hutan semak seperti yang pernah terjadi di TN. Baluran.
Klasifikasi Ilmiah. Kerajaan: Animalia. Filum: Vertebrata. Sub filum : Chordata. Kelas: Mammalia. Ordo: Artiodactyla. Famili: Cervidae. Genus: Cervus. Spesies: Cervus timorensis. Sinonim: (Lihat artikel).
Nama binomial (ilmiah): Cervus timorensis. Nama Indonesia: Rusa timor.

Sumber: https://alamendah.org/2010/06/04/rusa-timor-fauna-identitas-provinsi-ntb/

Mandar Dengkur

 
 
Burung Mandar Dengkur memiliki nama latin Aramidopsis plateni. Dalam bahasa Inggris burung ini dikenal dengan nama Snoring Rail. Burung ini merupakan burung endemik Sulawesi dan satwa identitas Sulawesi Barat.

Burung Mandar Dengkur memiliki tinggi sekitar 29 cm, dengan penampilan seperti yang terlihat pada gambar ilustrasi di awal postingan ini. Yang unik adalah, suara yang dikeluarkan oleh burung ini terdengar mirip dengan suara babi liar.

Burung Mandar Dengkur adalah jenis burung omnivora. Namun mereka lebih sering memakan tumbuh-tumbuhan.

Habitat Burung Mandar Dengkur adalah hutan berpohon tinggi, entah itu hutan primer ataupun hutan sekunder, yang berada pada daerah dengan ketinggian sekitar 1300 m di atas permukaan air laut.

Burung Mandar Dengkur hidup secara berpasangan atau dalam sebuah kelompok kecil. Akibat dari perburuan yang berlebihan untuk dijual di pasar gelap dan dijadikan burung peliharaan, saat ini burung Manda Dengkur berada dalam status "Rentan (VU)".
 

Kayu Eboni

kayu-eboni-log

Di Indonesia kayu ini banyak ditemukan di Sulawesi, namanya kayu eboni atau sering juga disebut Coromandel Ebony. Kayu ini terkenal karena warna serta tampilannya yang unik. Bagaimana tidak? Jarang kayu yang memiliki warna seperti ebony. Dengan kesan hitam dan pola serat menawan, ebony memiliki pangsa pasar yang selalu menantikannya.
Bahkan dengan kualitas estetikanya tersebut, kayu ini seringkali masuk jajaran kayu-kayu mewah seperti sonokeling dan jati. Apalagi kayu ini juga terkenal sangat awet dan kuat.
Yuk, lebih dekat mengenal eboni.

Karakter Kayu Eboni

Berat Jenis Kayu

Rentang berat jenis mulai dari angka 0,90 hingga maksimum 1,14. Sedangkan reratnya ada di kisaran 1,05.

Warna Kayu

Kayu berwarna gelap (coklat gelap dengan kesan hitam). Beberapa bahkan memiliki warna hitam dengan aksen kemerahan.

Tekstur Kayu

Tekstur halus. Arah seratnya dominan lurus atau sedikit saja berpadu.

Permukaan Kayu

Permukaan kayu tergolong licin.

Kekuatan

Merupakan kayu dengan tingkat keawetan kelas I atau sangat kuat. Aspek ini adalah salah satu keunggulan utama ebony.

Keawetan

Selain kuat, kelebihan lainnya dari kayu ini adalah tingkat keawetannya yang bagus. Namun demikian, treatment pengawetan kayu tetap disarankan. Diberlakukannya treatment akan membuat kayu eboni lebih terproteksi dari kondisi awalnya yang sudah bagus. Jadi produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas.

Tingkat Kekerasan

Tingkat kekerasan medium.

Keretakan

Kalau keawetan dan kekuatan adalah keunggulan ebony, beda lagi dengan daya retaknya. Kayu ini tergolong rentan retak sehingga proses pengeringannya perlu dilakukan hati-hati. Perubahan suhu jangan terlalu drastis yang bisa menyebabkan kayu retak.

Manfaat Kayu Eboni

Ebony banyak dimanfaatkan untuk berbagai bidang kehidupan manusia. Kayu ini biasa digunakan dalam pembuatan furniture atau mebel mewah, patung dan benda-benda seni, alat musik seperti piano, vinir, hingga konstruksi bangunan.

Kondisi

Dengan estetika, kekuatan, dan keawetan yang sangat baik, kayu ebony termasuk kayu yang sangat diminati. Harga kayu ini pun jauh lebih mahal dibanding kayu kebanyakan.
Yang disayangkan, minat pada eboni yang tinggi telah berkontribusi pada maraknya illegal logging terhadap material ini.